RSS

Merubah Nasib (Story)

21 Sep

        Nasib seseorang dalam kehidupannya seakan sudah ditentukan semenjak mereka lahir. Dalam sebuah ajaran Buddha, nasib manusia dalam kehidupannya sekarang merupakan akibat dari karma mereka di kehidupan masa lampau. Pada kehidupan sebelumnya ketika ia banyak berbuat kebajikan maka dikehidupannya sekarang dia akan merasakan banyak nasib keberuntungan. Mungkin anda pernah bertemu mereka yang sangat mudah mendapatkan sesuatu yang meraka inginkan dan adapula mereka yang selalu kurang beruntung dalam setiap kesempatan.

Mungkin ini terasa tidak adil karena kita tidak mungkin mengingat kehidupan kita di masa lampau, terkecuali mereka yang telah melakukan lelaku spiritual yang dapat mengetahuinya. Lalu bagaimana kita memutuskan ikatan kehidupan kita di masa sekarang dengan kehidupan kita di masa lampau? Untuk itu mari kita simak sebuah kisah dari Liao Fan yang hidup di jaman Dinasti Ming yang berhasil memutuskan ikatan roda nasib.

yuan liao fan 2

        Yuan Liaofan hidup di Dinasti Ming, tinggal di Wu Jiang wilayah selatan sungai Yangtse. Kehidupan semasa remaja ia lalui dengan kondisi miskin, dan ia mempelajari ilmu kedokteran untuk menyambung hidup. Suatu hari ia bertemu dengan seorang master ilmu Konfusius yang mahir dalam ilmu meramal. Si master Konfusianisme meramal nasibnya yakni pada tahun depan (kedua) ia akan lulus ujian kelompok taruna di kabupaten dan menduduki peringkat-14. Pada ujian pemerintah ia peringkat-71 dan peringkat ke-9 untuk ujian lanjutan, juga ditentukan ia tidak berhasil pada ujian akhir dan hanya menjabat sebagai pejabat kecil selama 3 tahun. Umurnya hanya mencapai 53 tahun dan pada tanggal 14 bulan ke delapan akhirnya wafat serta tidak memiliki keturunan.  

Ketika memasuki tahun kedua, tiga ujian yang diramal oleh master Konfusianisme semuanya terbukti. Kemudian waktu berlalu 20 tahun, berbagai macam nasib baik maupun buruk yang dihitung oleh si peramal semuanya terbukti, maka Yuan Liaofan sangat memercayai bahwa kemajuan-kemunduran-musibah-berkah dari kehidupan manusia merupakan sesuatu yang sudah pasti, sepertinya tak bisa dipaksakan untuk diubah. 

Ketika dia berpikir semuanya sudah ditentukan hingga kapan dia akan wafat, maka Liaofan memutuskan untuk bertapa meninggalkan kehidupan dunia ke sebuah vihara di Gunung Qi Xia, Nanjing. Di Vihara itu Liaofan bertemu seorang biksu Zen bernama Yun Gu (Lembah Awan), Sang biksu melihat Liaofan bermeditasi dengan sangat tenang dan sang biksu bertanya “Manusia biasa tak mampu menjadi orang arif bijaksana, terutama karena terjerat terus-menerus oleh gangguan pikiran satu dan lainnya. Anda bahkan telah duduk selama tiga hari di sini, tapi tidak terlihat gangguan sedikit pun?” 

Maka Liaofan mengisahkan tentang pengalaman hidupnya, sang biksu Zen setelah mendengar ia tertawa lepas. “Saya menganggap Anda seorang yang hebat, ternyata hanyalah seorang biasa-biasa saja. Karena perhitungan nasib hanya berlaku bagi manusia biasa pada umumnya, namun tidak berlaku bagi manusia yang ekstrem jahat atau manusia yang penuh kebajikan.”  
Kemudian biksu Zen menjelaskan tentang prinsip imbalan “siklus perbuatan sebab-akibat dan baik-buruk”, juga penjelasan rinci tentang prinsip mengubah kehidupan: “nasib – dibuat sendiri oleh saya, berkah – diri sendiri yang memperolehnya”.

Semenjak bertemu biksu Yun Gu, Liaofan bertekad mengubah diri secara total dan melakukan banyak kebajikan. Ia bersujud di hadapan sang Buddha, dengan tulus bertaubat tentang kesalahan diri sendiri, dan bersumpah akan melakukan 3.000 kebajikan, serta mendaftar ulang ujian pemerintah.  
Setiap hari ia mencatat hal baik-buruk yang ia ucapkan dan lakukan, dengan tujuan untuk diubah bila ada yang salah. Tidak sampai 2 tahun, meskipun 3.000 kebajikan belum genap, namun ia sudah berhasil dalam ujian awal, sehingga perhitungan nasib master Konfusianisme itupun telah berubah.  Namun karena ia belum konsisten benar, kebajikan yang ia lakukan terkadang bukanlah suatu hal bajik, maka berkahnya jadi impas, setelah ia menggunakan waktu 10 tahun lamanya baru berhasil melaksanakan 3.000 kebajikan, dan saat itu Yuan Liaofan telah sukses dalam ujian akhir pemerintah dan menjadi pejabat setingkat kebupaten. 
 

Kala itu, ia secara mendalam menyadari manfaat dengan rajin mengumpulkan perbuatan baik, maka ia lagi-lagi bersumpah melakukan 3.000 tindakan kebajikan, agar mendapatkan keturunan, ternyata tidak sampai setengah tahun, ia yang sudah nyaris berusia setengah abad berhasil dikaruniai seorang anak. Sejak saat itu, Yuan Liaofan setiap hari membaca kitab suci dan menyebarkan perbuatan kebajian, akhirnya ia berhasil hidup hingga usia 74 tahun, sang putra pun berhasil lulus ujian akhir pemerintah.      
Kisah Laofan ini membangunkan bagi mereka yang berpasrah pada nasib. Feng Shui, Loshu dan metode ramalan mengenai kehidupan manusia adalah alat untuk membantu mengubah manusia menjadi lebih baik, waspada dan mengalirkan chi kebaikan dalam lingkungan mereka, namun itu tidak dapat merubah nasib mereka. Nasib mereka dapat diubah hanya melalui diri mereka sendiri dan berbuat kebajikan.

Silahkan bantu menge-SHARE thread ini apabila berguna dan bermanfaat bagi anda serta pada yang lainnya.
Iklan
 
1 Komentar

Ditulis oleh pada September 21, 2015 inci Life, Motivation, Spiritual

 

Tag: , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , ,

One response to “Merubah Nasib (Story)

  1. doni

    Desember 7, 2018 at 8:20 pm

    thanks buat info dan motivasinya

    Suka

     

Let's discuss with another...

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

 
%d blogger menyukai ini: